Senin, 27 April 2009

Consumer Behavior di Era digital

Pergeseran Perilaku Konsumen

di era Digital

DISUSUN OLEH

NAMA : FIRDAUS

NIM : 060502081

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2008

Pergeseran Perilaku Konsumen

di era Digital

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan teknologi informasi terus mempermudah kehidupan masyarakat, sekaligus kualitas hidup masyarakat itu sendiri dapat ditingkatkan. Sejalan berkembangnya pengetahuan umat manusia, begitu pula dengan perkembangan teknologi informasi tersebut. Fenomena ini melahirkan apa yang kita sebut dengan “era digital”, yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sehingga hal ini mampu mengubah mindset (pola pikir) manusia baik dalam cara menaggapi masalah, bertindak, life style (gaya hidup), maupun perilaku masyarakat itu sendiri. Sudah tentu hal ini mempengaruhi mereka dalam menentukan barang-barang yang akan mereka beli.

Kepraktisan menjadi pilihan utama mereka, orang cendrung berpikir segala sesuatu perlu efesiensi dan berusaha meninggalkan cara hidup lama era pradigital guna mendapatkan penghidupan yang lebih layak dan lebih baik. Dengan semakin berkembangnya pendidikan orang senantiasa berusaha hidup sesuai dengan zamannya dan cendrung menginginkan penghidupan modern. Kini teknologi informasi terus berkembang luas, jaringan internet bisa diakses hampir keseluruh wilayah nusantara, televisi dan radio merupakan sumber informasi untuk setiap golongan masyarakat. Banyaknya pengaruh luar kini tidak terbendung lagi, hal ini sudah tentu sangat mempengaruhi selera konsumen kita. Keperluan dan permintaan barang akan kian variatif.

Mengingat begitu kuatnya fenomena diera digital ini mempengaruhi perilaku masyarakat kita, maka penulis akan membahas lebih dalam mengenai “Pergeseran Perilaku Konsumen di Era Digital”.

B. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

* Untuk mengetahui sejauh mana, era digital ini mampu mempengaruhi perilaku konsumen

* Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan ere digital ini terhadap kebiasaan konsumsi masayarakat

* Untuk mengetahui strategi apa yang diperlukan oleh perusahaan, guna menyonsong era digital yang sangat informatif

BAB II

PEMBAHASAN

Di era digital dimana bisa dibilang bahwa dunia tanpa batas, segala akses menjadi mudah, pasar-pasar dulunya “Impossible” kini menjadi ” Possible”. Puluhan tahun yang lalu orang hanya terpusat pada lingkungan bisnis yang skupnya masih kecil, karena mereka berada pada pola pikir “Imposible”. Walaupun Vasco Da Gama ratusan tahun yang lalu telah mulai menjelajahi samudera dari Portugal sampai ke India, itu merupakan awal dari globalisasi. Namun sekarang transformasi informasi kian cepat dan mudah sehingga tahap “Impossible” ini bergeser ketahap “possible”. Dalam berbisnis, tidak semua orang mampu meraih popularitas, dengan produk unggulan yang banyak di bicarakan orang. Namun sebenarnya “populer” bukanlah satu-satunya kunci keberhasilan bisnis. Sebenarnya diluar sana masih banyak pasar-pasar yang dalam skala kecil, namun sangat potensial untuk ditebus dan untungnya lagi kadang-kadang pasar ini kurang dilirik oleh orang lain.

Chris Anderson dalam bukunya yang sangat cerdas dengan pandangan optimistik The Long Tail menyebut “produk-produk ternama bersaing dengan pasar-pasar skala kecil (niche) dari berbagai ukuran yang tidak terbatas, mereka tersebar seperti angin sebagai serpihan yang hinggap di niche market yang banyaknya tak terhingga”.

Hal ini menjelaskan bahwa, keberhasilan berbisnis bukan hanya dengan menjual produk-produk yang lagi booming saja, memang secara sendiri-sendiri produk booming ini memiliki daya beli yang tinggi sekaligus perusahaan pun akan mendapatkan omset yang cukup besar. Namun masih banyak produk lain (sejenis) diluar sana yang juga mampu memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Walaupun bila dilihat dari penjualannya secara sendiri omsetnya masih kecil, namun jika diakumulasikan bisa jadi penjualan produk-produk yang kurang booming ini memberikan omset penjualan yang lebih besar jika dibandingkan dengan produk yang lagi booming tersebut. karena di ere digital, wilayah pemasaran produk bisa menjadi lebih luas. Hal ini bisa menjangkau pasar-pasar yang memilki karakteristik tersendiri, selara individu bisa berbeda dari selera masyarakat secara umum di suatu tempat. Jika individu yang memiliki selera yang berbeda ini dikumpulkan dan kita berhasil menyediakan produk untuk mereka, omset penjualan yang didapat sangat besar. Hermawan Kartajaya dalam bukunya “Marketing Plus 2000” mengatakan bahwa strategis marketing yang paling “primitif” adalah yang hanya memakai variabel geografis, maka diasumsikan orang yang berada di daerah itu belum diperhitungkan, dianggap orang-orang yang tinggal didaerah tertentu memiliki karakter dan perilaku yang sama.

Namun di era digital hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Dimana dengan kemajuan teknologi informasi, transportasi, budaya yang beraneka ragam membuat perilaku konsumen pun beraneka ragam pula. Untuk itu diperlukan startegi pemasaran yang lebih komplit dengan menyediakan produk-produk yang tidak terbatas melaui era digital. Yang jelas, harus berani menjual produk yang berbeda dari orang lain, mungkin sedikit melawan arus bisnis namun dengan cara seperti ini pebisnis akan lebih mudah masuk kedalam pasar. Karena pesaing yang bermain di lingkaran bisnis tersebut sangatlah minim. Hal ini juga hampir sama dengan apa yang di kemukakan oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne dalam bukunya Blue Ocean Strategy yang mengatakan bahwa “berbisnis seharusnya keluar dari Samudera merah persaingan berdarah yang berbasiskan kompetisi diganti dengan Blue Ocean strategy dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya, ditandai oleh ruang pasar yang belum terjelajahi, penciptaan permintaan, dan peluang pertumbuhan yang sangat menguntungkan”.

Diera digital membawa perubahan yang drastis dari strategi pemasaran produk dan distribusi produk karena, bergesernya perilaku konsumen. Kebiasaan/perilaku konsumen yang dulunya hanya melihat pajangan-pajangan produk di outlet, etalase toko, swalayan maupun supermarket kini tergantikan. Keberadaan sistem digital melalui jaringan internet menjadi tempat pajangan-pajangan baru bagi produk-produk yang ingin di pasarkan. Dalam “layar komputer “ empat persegi 12-14 inch ribuan item produk bisa dipajangkan dan bisa dilihat konsumen tanpa harus berkeliling jauh, cukup dengan duduk diam di kursi depan komputer dan pemesanan pun bisa dilakukan secara On-line mau pun melalui via telepon. Tetapi dengan syarat customer haruslah memiliki kartu kredit dalam melakukan transaksi pembayaran. Dapat dicontohkan; SAMSUNG Elektronics memberikan solusi unik untuk memenuhi kebutuhan konsumen. SAMSUNG akan memperluas program pemasaran yang berdasarkan pada CRM (Customer Relationship Management – Manajemen Hubungan Konsumen) di tingkat dunia yang dapat diterapkan untuk semua produk, yang akan mengembangkan program jaringan digital dengan meningkatkan kesesuaian antara produk dengan solusi terbaik untuk melayani konsumen

Ternyata sistem seperti mendapat tanggapan yang positif. Lihat saja kesuksesan Air Asia, bukan hanya mampu menekan biaya yang membuat harga jual tiket pesawat menjadi sangat murah tetapi juga kepraktisan dalam memesan tiket sangat disenangi oleh calon penumpang. Yang jelas, fenomene ini sangat menguntungkan bagi sebagian orang.

Berkembangnya zaman, munculnya emansipasi yang mengorbitkan wanita-wanita karir yang sibuk sehingga cara berbelanja ala era digital dengan akses yang cepat, simple/praktis menjadi pilihan utama bagi sebagian orang tadi dan mulai menjadi trend. Cukup dengan hanya dengan mengakses internet , memilih produk-produk yang ingin dibeli, gunakan kartu kredit, dan barang pesanan pun siap dihantar oleh produsen langsung kerumah si pemesan. Hal ini mulai menjadi gaya hidup terkini dari sebagian masyarakat kita walaupun secara universal tren berbelanja secara manual belum tergantikan posisinya. Hasil riset yang dilakukan oleh Chris Anderson di Amerika sarikat dalam bukunya The Long Tail “saat ini belanja melaui sistem on-line ini telah mengungguli belanja lewat katalog dan telah mencapai kira-kira 5 persen belanja eceran orang Amerika. Dan angka ini masih terus tumbuh dengan kenaikan 25 persen pertahun.

Kemunculan era digital senantiasa merubah perilaku konsumen dalam hal pemilihan produk-produk yang akan mereka konsumsi . Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat mengubah sikap dan daya tarik konsumen terhadap suatu produk, namun hal ini tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi perilaku konsumen, karena teknologi tidak dapat mengubah karakteristik dan sifat otentik manusia. Hal ini berkaitan dengan keinganan dan emosional manusia itu sendiri yang sebenarnya menjadi pendorong utama sebagai pertimbangan membeli suatu produk. Era digital ini hanyalah menfasilitasi dan sifatnya hanyalah mempengaruhi secara temporer. Era digital hanya membuat pelaku bisnis untuk memodifikasi caranya menjangkau dan memasarkan produk kepada calon pembeli yang potensial.

Jadi pada dasarnya karakteristik dan perilaku konsumen di pra era digital maupun di era digital hampir sama. Hal terpenting adalah bagaimana para pebisnis dapat meyakinkan konsumen yang berawal dari adanya rasa kepercayaan konsumen terhadap pihak-pihak yang menyediakan produk-produk yang mereka perlukan. Karena dalam prakteknya, berbisnis di era digital ini lebih rentan terhadap penipuan. Tanpa adanya tatap muka, dan observasi langsung terhadap produk yang diinginkan dapat saja menimbulkan kecurangan dan penipuan terhadap konsumen.

Adanya banyak keuntungan yang dirasakan oleh konsumen dengan adanya era digital ini, sehingga atas keuntungan yang mereka rasakan itu, kebiasaan diera pra digital mulai mereka tinggalkan. Maka hali ini menimbulkan adanya pergeseran perilaku konsumen. Keuntungan yang mereka (konsumen), diera digital ini antara lain:

· Variasi produk yang ditawarkan lebih banyak, sehingga mempermudah mereka dalam mendapatkan produk yang mereka butuhkan

· Cara berbelanja yang lebih praktis, dan sesuai denga gaya hidup masyarakat modern yang sibuk dan mendahulukan efisiensi.

Namun, bagi sebagian pihak yang tidak terpengaruh akan era digital, mungkin bisa disebabkan kurangnya pengetahuan dibidang teknologi Informasi (IT), sehingga cara berbelanja manual sudah dijadikan sebagai keperluan. Bagi mereka kegiatan belanja merupakan bagian dari rutinitas.

Ada perbedaan lain yang sangat signifikan diera digital dibandingkan era pradigital. Dengan era digital sebagian orang merasa bahwa hidup tidak perlu dibuat susah. Efisiensi dan kepraktisan merupakan alas an utama. Dapat saya contohkan, betapa sepinya took-toko buku semenjak kemunculan Graamedia. Hal ini disebabkan pergeseran perilaku konsumen di era digital; orang mulai bosan menjelajahi barang-barang yang mereka perlukan secara manual. Kepraktisan yang disiapkan oleh database Gramedia membuat mereka cendrung mengunjungi Gramedia. Tidak diperlukan waktu berjam-jam untuk mencari buku yang mereka inginkan, bahkan tidak jarang buku yang mereka cari tidak tersedia. Dengan system on-line Gramedia mampu mengeliminir masalah tersebut. Data-data buku yang di inginkan oleh calon pembeli dapat ditelusur melalui computer yang tersedia disetiap sudut tertentu dari lorong-lorong buku yang dipajang.

Dari hal ini, dapat kita petik bahwa dengan adanya era digital orang cendrung memilih pasar-pasar atau tempat-tempat yang mampu memberikan kepraktisan kepada mereka. Keteraturan letak dan cara belanja yang mudah kini menjadi pilihan utama konsumen.

Uniknya lagi, era digital dengan koneksi internet ini bukan hanya menguntungkan bagi konsumen, tapi juga bagi produsen (perusahaan) itu sendiri. Dengan strategi pemasaran era digital yang praktis tapi mengglobal mampu mengefisiensikankan biaya. Biaya promosi, distribusi bisa menjadi lebih murah. Selain itu, era digital juga mampu membuat kegiatan operasional perusahaan menjadi efekktif dan efesien . Hal inilah yang dialami oleh Toyata melalui sistem persediaannya “Just in Time”, yang memanfaatkan koneksi internet dalam pemesanan bahan baku. Sistem on-line dengan supplier akan kebutuhan bahan baku meminimalisasi biaya penyimpanan, mungkin bisa zero.

Untuk menghadapi pergeseran perilku konsumen diera digital ini seharusnya perusahaan harus menyiapkan strategi khusus, mungkin mereka harus mampu mengikuti trend yang ada dan terus mengembangkan system dan sumber daya yang ada agar sejalan dengan perkembangan zaman dan selera pasar.

BAB III

PENUTUP

A. PENUTUP

Era digital dengan kemajuan teknologi informasi dan koneksi internet sangat menefisiensikan kehidupan masyarakat kita sekarang. Bahkan kini sudh menjadi gaya hidup sebagian masyarakat kita dan mulai menjamur menjadi trend. Tidak bisa di pungkiri lagi, hal ini menimbulkan fenemena baru dimana terjadinya pergeseran perilaku konsumen baik itu barang yang mereka gunakan maupun cara berbelanja mereka yang cendrung mengedepankan kepraktisan dan efisiensi. Mereka mulai meninggalkan cara berbelanja secara manual, bagi sebagian orang yang sibuk cara berbelanja on-line dianggap tidak menambah kesibukan mereka, Cukup dengan hanya dengan mengakses internet , memilih produk-produk yang ingin dibeli, gunakan kartu kredit, dan barang pesanan pun siap dihantar oleh produsen langsung kerumah si pemesan.

Kemunculan era digital mampu mempermudah kehidupan masyarakat kita, sudah tentu konsumen sangat di untungkan. Adapun keuntungan yang dapat diperoleh konsumen di era digital ini adalah sebagai berikut:

· Variasi produk yang ditawarkan lebih banyak, sehingga mempermudah mereka dalam mendapatkan produk yang mereka butuhkan

· Cara berbelanja yang lebih praktis, dan sesuai denga gaya hidup masyarakat modern yang sibuk dan mendahulukan efisiensi.

B. SARAN

Ø Dengan berkembangnya era digital, batas wilayah kian menipis dengan mudahnya teknologi informasi yang maka semakin banyak pula pengaruh-pengaruh dari dunia luar yang cendrung mempengaruhi perilaku konsumen kita, dimana belum tentu perubahan yang terjadi membawa dampak yang positif terhadap konsumen kita, karena banyak pengaruh-pengaruh dari luar tersebut yang justru menimbulkan sikap konsumtif dan juga tidak mencintai produk dalam negeri.

Daftar pustaka

Anderson, Chris, 2007, The Long Tail , Bagaimana Pilihan tak Terbatas Menciptakan Permintaan tak

Terbatas , Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama , Jakarta.

Kartajaya, Hermawan, 2005, Marketing in Venus, PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

Kartajaya, Hermawan, 2006, seri 9 Elemen Marketing, On Segmentation, Penerbit MarkPlus&CO dan PT

Mizan Media Pustaka, Bandung.

Kim, Chan.W dan Mauborgne, Renee, 2005, Blue Ocean Strategy, How to Create Uncontested Market

Spaceand Make Competition Irrelevant, Harvard Business School, Boston.

Onggo, Bob Julius, 2006, New Economy Society, WWW. Google.com, 6 April 2004.

No Name, Visi Digital Samsung.